Selasa, 22 September 2009

Segala puji bagi Allah yang menghias langit,
agama yang lurus dengan gemintang hukum-hukum syariat,
perintah, dan nasehat agama.

Allah pemberi petunjuk kepada orang yang Allah luaskan dadanya untuk menerima Islam.

Allah membebaskannya dari bencana syubhat dan hijab kegelapan.
Kemudian Allah memperindah batin yang lain dengan pancaran sinar keimanan.

Allah menerbitkan dari ufuk langit bulan-bulan petunjuk untuk membimbing ahli martabat kebaikan.

Allah Masyriq, Allah tampakan pertolongannya pada hati yang jernih di dalam diri makhluknya
sebagai pemilik jiwa-jiwa yang suci, niat yang agung, serta kecerahan makrifat dzawq keyakinan.

Allah menampakan keikhlasan kepada hamba pilihannya dengan cahanya mahabahnya,
rahasia-rahasia ilmu laduninya. Kemudian, dengan hamba pilihannya itu.

Allah menyelamatkan suatu kaum yang diciptakan untuk dirinya.
Allah tampak pada mereka dalam rupa ilmunya yang berkait dengan dzatnya
dan dengan segala sesuatu.

Allah menghiasinya dengan hiasan yang esensial dan abadi. Maka mereka melihat apa yang tersembunyi bagi yang lain, berupa hakikat dan rahasia illahi, serta rahasia alam semesta.

Semoga Allah memberi shalawat kepada mursyid mereka yang membawa mereka kepada persaudaraan universal, dan pimpinan mereka. Allah lah kunci utama ke ghaiban dan pembuka kalbu orang-orang yang siap menerima persaudaraan melalui cahaya bimbingannya. Dia yang menentang setiap syak dan keraguan, syaddina Muhammad salallahu ‘alaihi wa sallam, keluarga dan sahabat-shahabtanya, dengan shalawat yang menghimpun segala kesempurnaan hukum-hukum azali yang ditampakan di dalam martabat-martabat keabadian.


“Dan hendaklah takut kepada Allah orang-orang yang seandainya meninggalkan dibelakang mereka anak-anak yang lemah, yang mereka khawatir terhadap (kesejahteraan) mereka. oleh sebab itu hendaklah mereka bertakwa kepada Allah dan hendaklah mereka mengucapkan Perkataan yang benar”. (QS. An –Nisa. Ayat 9).

Berdasarkan laporan yang dikeluarkan Badan Pusat Statistik, jumlah penduduk miskin di Indonesia mengalami tren peningkatan. Jumlah penduduk miskin pada bulan Maret 2006 lebih besar dari bulan februari 2006. menurut Milan Brahm Batt – Ekonom senior Bank Dunia untuk kawasan Asia Timur dan Fasifik. Penyebab kemisknan di Indonesia adalah kebijakan pemerintah melambungkan harga BBM, terutama minyak tanah tiga kali lipat, pada Oktober 2005, dan melangitnya harga beras sebesar 33 peren pada kurun waktu Februari 2005 sampai Maret 2006.
Kemiskinan tidak hanya melanda umat Islam Indonesia, tapi juga menjangkiti mayoritas umat Islam di seluruh penjuru dunia. Terdapat lebih dari 60 Negara berpenduduk Muslim mayoritas memiliki penduduk miskin. Kemiskinan yang parah menerpa Negara Somalia, Jibouti, Kasmir, Afganistan, Nigeria, Uganda, Mali, Kamerun, Gaban, Niger, Kosovo, dan banyak lainnya.
Kemiskinan telah menggurita di tubuh umat Islam. Ibarat Panu, ia telah menyebar ke seluruh anggota tubuh. Tak heran, jika label “miskin” dilekatkan kepada umat Islam. Lebih jauh lagi, timbul asumsi miring bahwa seolah mereka yang menganut ajaran Islam adalah miskin. Benarkah demikian?

Seringkali kita melihat sumber kemiskinan hanya pada pendidikan rendah, akses ke sumberdaya ekonomi terbatas, kurang modal, dan “mental miskin”. Mental miskin biasanya didefinisikan sebagai suatu cara hidup dan cara pandang sekelompok orang yang gampang puas dan tidak mempunyai cita-cita untuk meraih masa depan yang lebih baik dan budaya malas. Semua ini memang menjadi sumber kemiskinan. Tapi yang harus diingat, kemiskinan juga ditentukan nilai-nilai dan struktur sosial yang ada. Kemiskinan yang mendera seorang manusia tidak terpisahkan dari sistem sosial di mana ia berada.
Bagaimana menurut pandangan Islam? Dalam perspektif Islam, Allah SWT menjamin terpenuhinya kebutuhan rizki setiap makhluk hidup, dan mereka mempunyai rizki masing-masing. Meskipun setiap makhluk mempunyai rizki masing-masing, Allah menutup terjadinya kemiskinan dengan memberi kewajiban mencari nafkah bagi setiap individu.
Kenapa kemiskinan bisa menghampiri manusia padahal Allah telah memberi garansi keamanan rizki? Menurut Islam, hal ini disebabkan beberapa faktor.

1.

Kemiskinan diakibatkan kejahatan manusia terhadap alam sehingga manusia itu sendiri yang kemudian merasakan dampaknya. Allah Berfiraman :

“Dan apa saja musibah yang menimpa kamu Maka adalah disebabkan oleh perbuatan tanganmu sendiri, dan Allah memaafkan sebagian besar (dari kesalahan-kesalahanmu)”.

2. Kemiskinan timbul karena ketidakpedulian dan kebakhilan kelompok kaya, sehingga si miskin tidak mampu keluar dari lingkaran kemiskinan.
3.

Kemiskinan timbul karena sebagian manusia bersikap dzalim, eksploitatif, dan menindas sebagian manusia yang lain, seperti memakan harta orang lain dengan jalan yang bathil, memakan harta anak yatim dan memakan harta riba.

4.

Kemiskinan timbul karena konsentrasi kekuatan politik, birokrasi, dan ekonomi di satu tangan. Hal ini terlukis dalam kisah Fir’aun , Haman, dan Qarun yang bersekutu dalam menindas rakyat Mesir.

5.

Kemiskinan timbul karena gejolak eksternal seperti bencana alam atau peperangan sehingga negeri yang semula kaya berubah menjadi miskin. Contohnya adalah kaum Saba, Allah berfirman :

‘Maka tatkala Kami telah menetapkan kematian Sulaiman, tidak ada yang menunjukkan kepada mereka kematiannya itu kecuali rayap yang memakan tongkatnya. Maka tatkala ia telah tersungkur, tahulah jin itu bahwa kalau Sekiranya mereka mengetahui yang ghaib tentulah mereka tidak akan tetap dalam siksa yang menghinakan.”

‘Sesungguhnya bagi kaum Saba' ada tanda (kekuasaan Tuhan) di tempat kediaman mereka Yaitu dua buah kebun di sebelah kanan dan di sebelah kiri. (kepada mereka dikatakan): "Makanlah olehmu dari rezki yang (dianugerahkan) Tuhanmu dan bersyukurlah kamu kepada-Nya. (Negerimu) adalah negeri yang baik dan (Tuhanmu) adalah Tuhan yang Maha Pengampun".

Bisa kita simpulkan kemiskinan terjadi karena dua hal. Pertama berhubungan dengan individu, seperti budaya malas dan mental miskin, Kedua berhubungan dengan struktur sosial yang eksploitatif dan menindas. Ajaran Islam berusaha menutup dua sumber kemiskinan ini, perlu ditegaskan disini bahwa bekerja dalam Islam bukan sekedar untuk memenuhi kebutuhan perut. Lebih dari itu, bekerja dalam Islam adalah memperoleh Ridho Allah SWT.

Wallahu A’lam Bis Shawab


Tidak ada komentar:

Posting Komentar